Senin, 03 September 2012

ASKEB Balita Berat Badan Garis Merah (BGM)


ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA RESIKO TINGGI PADA BALITA “ M “ DENGAN BERAT BADAN BAWAH GARIS MERAH DI DESA KANYORAN KEC. SEMEN KAB. KEDIRI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh
yaitu untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi sekarang gizi mempunyai pengertian yang lebih luas, disamping untuk kesehatan gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan otak, kemampuan belajar, dan produktifitas kerja. Oleh karena itu di Indonesia yang sekarang sedang dalam proses membangun, factor gizi dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.
Saat ini malnutrisi masih melatar belakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Pada tahun 1990, lebih dari 30% anak balita di dunia memiliki berat badan rendah (BGM), denagn kisaran 11% (sekitar 6,4 juta orang) di Amerika Latin, 27% ( 31,6 juta orang ) di Afrika, dan 41 % ( 154,8 juta orang ) di Asia. Meskipun prevalensi berat badan rendah terus menurun, tetapi kasus malnutrisi ini tidak berkurang sesuai dengan angka yang diharapkan. Sebagian besar anak di dunia ( sekitar 80%) yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang miskin akan bahan pangan kaya zat gizi, terutama di Indonesia, sehingga pemerintah Indonesia memberikan perhatian lebih untuk masalah gizi tersebut, agar pembangunan nasional dapat tercapai.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk membuat asuhan kebidanan pada balita MEILA dengan berat badan rendah di Dusun Kletak Desa Kanyoran Kec. Semen Kab. Kediri.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Dengan memberikan 
asuhan kebidanan pada keluarga, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan setiap anggota keluarga.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
• Melakukan pengkajian data pada keluarga
• Melakukan interpretasi data dasar
• Melakukan perumusan masalah
• Menyusun prioritas masalah
• Melakukan perencanaan dan tindakan
1.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
- Anamnese atau pengumpulan data
1. Auto anamnese yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga.
2. Allo anamneses yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan orang terdekat klien.
- Studi Pustakan
Pemeriksaan pengumpulan data dengan cara mengambil data yang ada direferensi.
- Pemeriksaan
1. Pemerikasaan fisik : inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
2. Pemeriksaan penunjang : lab, dll.
- Studi dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara mengambil data yang ada.
1.4 TEKNIK PENULISAN
Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, teknik pengumpulan data, dan teknik penulisan.
Bab II Tinjauan pustaka terdiri dari konsep keluarga dan konsep balita dengan BGM.
Bab III Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, interpretasi data dasar, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Bab IV Pembahasan
Bab V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP KELUARGA
2.1.1 DEFINISI
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes.RI)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertautan darah adaptasi atau perkawinan (WHO.1969)
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Helvie.1981)
2.1.2 BENTUK-BENTUK KELUARGA
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dsb.
c. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah Keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite) adalah Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Mobitas (Cahabitation) adalah Dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
2.1.3 FUNGSI KELUARGA
1.Fungsi biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluaraga
2. Fungsi psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sosoialisasi pada anak
b. Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai keluarga
4. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang misalnya pendidikan anak,jaminan hari tua
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan anak-anak memberikan pengetahuan,ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan
- Menurut Friedman (1998)
1.Fungsi offective
a. Menciptakan lingkungan yang menyenangakan dan sehat secara mental saling mengasuh,menghargai,terikat dan berhubungan
b. Mengenal identitas individu
c. Rasa aman
2. Fungsi sosialisasi peran
a. Proses perubahan dan perkembangan individu untuk menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
b. Fungsi dan peran di masyarakat
c. Sasaran untuk kontak sosial di dalam atau di luar rumah
3. Fungsi reproduksi
Menjamin kelangsungan keluarga generasi dan kelangsungan hidup masyarakat
4. Fungsi ekonomi
a. Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga
b. Menambah penghasilan keluarga sampai dengan pengalokasian dana
c. Fungsi perawatan kesehatan
d. Konsep sehat sakit keluarga
2.1.4 TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN KELUARGA
- Menurut Duvail adalah sebagai berikut :
1. Tahap pembentukan keluaraga,tahap ini dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dalam membentuk keluaraga.
2. Tahap menjelang kelahiran anak,tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus,melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
3. Tahap menghadapi bayi dalam hal ini keluarga mengasuh,mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak,karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orangtuanya,dan kondisinya masih sangat lemah.
4. Tahap menghadapi anak prasekolah,pada tahap ini anak sudah mengenal kehidupan sosialnya,sudah mulai bergaul dengan teman sebaya,tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatannya.Krena tidak mengetahui mana yang kotor mana yang bersih,dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan,norma agama,norma social.
5. Tahap menghadapi anak sekolah,dalam tahap ini tugas keluarganya adalah bagaimana mendidik anak,mengajari anak,untuk mempersiapkan masa depannya.Membiasakan anak belajar secara teratur,mengontrol tugas-tugas sekolah anak,dan meningkatkan pengetahuan anak.
6. Tahap menghadapi anak remaja,tahap ini adalah tahap yang paling rawan karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam bentuk kepribadiannya,oleh karena itu suri tauladan dari kedua orangtua sangat diperlukan.Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orangtua dengan anak perlu dipelihara dean dikembangkan.
7. Tahap melepaskan anak ke masyarakat,setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya,maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke dalam masyarakat dalam memulai kehidupannya yang seungguhnya dalam tahap ini akan memulai kehidupan berumah tangga.
8. Tahap berdua kembali,setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri,tinggalah suami istri berdua saja.Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
9. Tahap masa tua,tahap ini masuk ke lanjut usia,dan kedua orangtua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
2.1.5 PRINSIP-PRINSIP PERAWATAN KELUARGA
- Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga :
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan,keluarga sehat sebagai tujuan utama.
3. Asuhan keperwatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
4. Dalam memberikan asuahan keperwatan kesehatan keluarga perawat melibtakan peran aktif selruh keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif,preventif,serta tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.
6. Dalam memberikan asuhan keperwatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin.
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
8. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperwatan.
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperwatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan perwat dirumah.
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
2.1.6 LANGAKAH-LANGKAH DALAM PERWATAN KESEHATAN KELUARGA
1. Membina hubungan kerjasama yang baik dalam keluarga.
2. Merlaksanakan peningkatan untuk menentukan masalah-masalah kesehatan keluarga.
3. Menganalisa data keluarga untuk menentukan masalah-masalah kesehatan dan perawatan keluarga.
4. Menggolongkan masalah kesehatan keluarga berdasarkan sifat masalah keluarga.
5. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
6. Menentukan atau menyusun skala prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.
7. Menyusun rencana asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan urutan prioritas.
2.2 KEBUTUHAN GIZI PADA BALITA
2.2.1 PENGERTIAN
Sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan yang sebaik-baiknya yang harus dikonsumsi balita agar tubuh selalu dalam kesehatan yang optimal untuk tumbuh kembang, menjaga kesehatan bayi atau mencegah berbagai penyakit. (Peath, EF. 2004)
2.2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BALITA
1. Umur
Umur menentukan kebutuhan gizi pada balita. Hal ini karena perkembangan dan fungsi sistem pencernaan dan sistem organ lain dipengaruhi oleh umur. Contohnya bayi usia kurang dari 6 bulan belum bias mencerna makanan padat tetapi setelah usia 6 bulan boleh makan makanan tambahan dan bertingkat teksturnya mulai makan lumat, makanan lembek sampai makanan ornag dewasa.
2. Berat Badan
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari berat badan rata-rata untuk umur tertentu merupakan factor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan agar tumbuh kembang berjalan lancar.
3. Suhu Lingkungan
Suhu tubuh dipertahankan pada 36,5 – 37,5°C untuk metabolisme yang optimum. Adanya perbedaan suhu antara tubuh dan lingkungannya, maka tubuh melepaskan sebagian panasnya yang harus diganti denagan hasil metabolism tubuh. Maka lebih besar perbedaan suhu tubuh dan lingkungan berarti lebih besar pula masukkan energy yang diperlukan.
4. Aktifitas
Setiap aktifitas memerlukan energi, semakinbanyak aktifitas yang dilakukan sedemikian banyak pula energi yang diperlukan.
5. Status Kesehatan
Pada kondisi sakit asupan energi tidak boleh dilupakan, karena dalam kondisi sakit diperlukan nutrisi untuk membantu proses penyembuhan.
2.2.3 MANFAAT GIZI PADA BALITA
1. Gizi penghasil energi
Zat gizi penghasil energi sebagian besar dihasilkan oleh makanan pokok seperti padi, umbi, sagu,jagung dll.
2. Zat gizi pembangun sel
Terutama diperoleh dari protein yang dihasilkan dari ikan, ayam, telur, daging, susu,kacang-kacangan dan hasil olahanya seperti tahu, tempe,oncom, oleh karena itu, lauk pauk tergolong ke dalam zat pembangun sel.
3. Zat gizi pengatur
Terdiri dari atas vitamin dan mineral yang diperoleh dari sayuran dan buah – buahan.
( Wiboworini,B. 2007 )
Seacara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energy, membangun dan memelihara jarinagan tubuh, serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas, disamping untuk kesehatan, gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktifitas fisik.
2.2.4 STATUS GIZI KURANG PADA BALITA
2.2.4.1 Pengertian Status Kurang Gizi
Suatu keadaan tubuh yang mengalami kekurangan satu atua lebih zat –zat gizi essential. ( Wiboworini, B. 2007 )
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengguna zat gizi. ( Al- Matsier, S. 2004 )
Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan (requirement) zat gizi. ( Soejianto, B.dkk. 2007 )
2.2.4.2 Istilah Dengan Penilaian Status Gizi
Pengertian menurut “ buku pedoman penanggulangan kurang energy protein (KEP)” yang disusun oleh proyek perbaikan gizi masyarakat Dinkes Jatim (2001), sebagai berikut :
a) Kurang energy protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG).
b) Klasifikasi KEP :
1. KEP ringan adalah jika berat badan menurut umur ( BB / U ) 70% – 80% baku median WHO – NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan ( BB / TB ) 80% – 90% baku median WHO-NCHS .
2. KEP sedang adalah jika berat badan menurut umur ( BB / U ) 60% – 70% baku median WHO – NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan (BB / TB ) 70% – 80% baku median WHO – NCHS.
3. KEP berat adalah jika berat badan menurut umur ( BB / U ) < 70% baku median WHO – NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan ( BB / TB ) < 70 % baku median WHO –NCHS.
c) KEP Nyata adalah istilah yang digunakan pengelola program gizi di lapangan meliputi : KEP tingkat sedang dan KEP tingkat berat atau gizi buruk ( jika dilihat pada kartu menuju sehat maka berat badan anak berada di bawah garis merah ).
d) KEP Total adalah istilah yamh digunakan pengelola program gizi di lapangan yang meliputi : KEP tingkat rinngan, sedang, dan berat atau BB / U < 80% baku median WHO –NCHS.
e) Kwasiokor adalah gejala klinis dari KEP berat atau gizi buruk dengan tanda –tanda sbb :
1. Odema umumnya diseluruh tubuh terutama pada punggung kaki.
2. Wajah bulat dan sembab.
3. Pandangan mata sayu.
4. Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, serta mudah rontok.
5. Perubahan status mental, apatis dan rewel.
6. Pembesaran hati.
7. Otot mengecil ( hipotropi ) terlihat nyata jika diperiksa pada posisi berdiri atau duduk.
8. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.
f) Marasmus adalahgejala klinis dari KEP berat atau gizi buruk dengan tanda –tanda sbb :
1. Tampak sangat kurus.
2. Wajah seperti orang tua.
3. Cengeng dan rewel.
4. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada terlihat seperti celana longgar atau baggy pant.
5. Perut cekung.
6. Iga gambang.
7. Sering disertai penyakit infeks, diare.
g) Marasmus Kwasiokor adalah gejala klinis dari KEP berat atau gizi buruk dengan tanda –tanda campuran dari beberapa gejala klinis kwasiokor dan marasmus, dengan BB / U 80% baku median WHO – NCHS dan disertai denga odema yang tidak mencolok.
h) BGM (Bawah Garis Merah ) adalah keadaan dimana letak titik berat badan balita dibawah garis merah pada kartu menuju sehat ( KMS ).
i) Kejadian luar biasa ( KLB ) gizi buruk adalah ditemukannya satu atau lebih kasus KEP berat atau gizi buruk disuatu desa.
j) Pelacakan KLB gizi adalah kegiatan penulusuran secara langsung ( investigasi ) kasus gizi buruk untuk menentukan penyebab dan ususlan tindakan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1 .PENGKAJIAN
Dilakukan pada tanggal 26 November 2010 jam
A.Data Subyektif
1. Data umum
Kecamatan : Semen
Desa : Kanyoran
Dusun : Kletak
RT : 01
RW : 06
Nama kepala keluarga : Tn. Suk Adi
Umur : 41 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : RT 01/RW 06
2. Susunan keluarga
No. NAMA JK UMUR Hubungan dalam KK Pekerjaan Pendidikan Keadaan kesh.saat kunjungan
1. Suk Adi L 41 tahun KK Tani SD Baik
2. Yantik P 37 tahun Istri Tani SD Baik
3. Koko Santoso L 18 tahun Anak Belum bekerja STM Baik
4. Yenti Sulistiyowati P 11 tahun Anak Belum bekerja SD Baik
5. Meila P 28 bulan Anak Belum bekerja Belum sekolah Baik
3. Genogram
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
2. Data Khusus
1. Imunisasi : Anaknya sudah mendapat imunisasi lengkap.
2. Bila ada anggota keluarga yang sakit kadang berobat ke bidan, kadang ke dokter, kadang ke puskesmas, dan kadang membeli obat sendiri di took.
3. Jenis penyakit yang sedang di derita
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (HIV/AIDS,TBC);menurun (HT,DM,TBC);dan menahun (HT,DM,TBC).Keluarga sering menderita penyakit seperti batuk,pilek,dan panas.
4. Riwayat kesehatan keluarga
• Tn. Suk Adi
Pada saat pengkajian Tn. Sedang bekerja disawah.Tetapi Ny.Yantik mengatakan bahwa Tn. Suk Adi dalam kondisi sehat.
• Ny. Yantik
Pada saat pengkajian ibu mengatakan tidak ada keluhan dan dalam kondisi sehat.
• An. Koko Santoso
Pada saat pengkajian anak sedang nonton tv dan ibu mengatakan bahwa anaknya dalam keadaan baik.
• An.Yenti sulistiyowati
Pada saat pengkajian anak sedang ikut ke sawah bersama bapaknya dan ibu mengatakan bahwa anaknya dalam keadaan baik.
• An. Meila
Pada saat pengkajian anak sedang bermain dan ibu mengatakan berat badan anak masih rendah.
5. Pemeriksaan kehamilan
Saat ibu hamil ibu memeriksakan kehamilannya di bidan.
6. Pertolongan persalinan
 Persalinan anak pertama di tolong oleh mbah dukun secara normal dengan BB 2500 gram, tidak ada penyulit yang menyertai.
ü
 Persalinan anak kedua di tolong oleh bidan secara normal dengan BB 2400 gram, dan tidak ada penyulit yang menyertai .
ü
 Persalinan anak ketiga di tolong oleh bidan secara normal dengan BB 2400 gram, tidak ada penyulit yang menyertai.
ü
7. Kebiasaan menyapih
• Anak pertama disapih usia 1,5 tahun
• Anak kedua disapih usia 2 tahun
• Anak ketiga masih menetek sampai sekarang
8. Pemberian makanan pada bayi
Mulai anak ke satu sampai anak ke tiga setelah lahir diberikan ASI dan makanan pendamping ASI ( pisang ), setelah usia 6 bulan diberi bubur tim ( sun ) + nasi.
9. Tanggapan keluarga tentang KB
• Tanggapan KB baik sekali
• Ibu pernah menggunakan KB spiral setelah anak pertama usia 3 tahun kemudia ibu memakai pil selama 4 tahun dan menggunakan suntik sekarang ini setelah anaknya yang ketiga lahir.
10. Pola kebiasaan sehari-hari
Tn. Suk Adi Ny. Yantik An. Koko Santoso An. Yenti Sulistiyowati An. Meila
Pola istirahat dan tidur Siang hari : tidak pernah tidur siang dan malam tidur pukul 22.00-05.00 Siang hari : tidur siang 1-2 jam/hari, tapi kadang ibu istrahat sambil nonton tv, malam hari : tidur mulai jam 21.00-04.00 Siang hari : tidak pernah tidur
Malam hari : tidur mulai jam 22.00-05.30 Siang hari : tidur 1-2 jam
Malam hari : tidur jam 20.30-05.00 Siang hari : tidur siang mulai jam 11.00-13.00
Malam hari: tidur mulai jam 20.00-05.00
Pola BAB dan BAK BAB : lancar 1x/hari,warna kuning,
BAK : lancar 5-6x/hari warna jernih,waktu kencing tidak tersa sakit BAB :lancar 1x/hari warna kuning,
BAK : lancar 5-6x/hari warna jernih dan waktu kencing tidak tersa sakit BAB : lancar 1x/hari warna kuning,
BAK : lancar 5-6x/hari warna jernih,waktu kencing tidak tersa sakit BAB : lancar 1x/hari warna kuning
BAK : lancar 5-6x/hari warna jernih,waktu kencing tidak tersa sakit BAB : lancar 1-2x/hari warna kuning
BAK : lancar 6-7x/hari warna jernih,waktu kencing tidak terasa sakit
Pola aktvitas Tn. Suk Adi bekerja disawah milik sendiri dan memelihara ayam Ibu melakukan pekerjaan rumah dan kadang juga ikut di sawah Anak dirumah dan belum bekerja Anak masih sekolah dan belum bekerja Anak bermain dengan temannya dan kadang bermain sendiri di rumah
Pola hygiene Mandi 2x/hari, gosok gigi, ganti pakain tiap kali kotor,keramas 2x/minggu Mandi 2x/hari,gosok gigi,ganti pakain tiap kali kotor, keramas 2x/minggu Mandi 2x/hari, gosok gigi, ganti pakain tiap kali kotor, keramas 2x/minggu Mandi 2x/hari,gosok gigi, ganti pakaian tiap kali kotor, keramas 2x/minggu Mandi 2x/hari,gosok gigi, ganti pakain tiap kali kotor,keramas 2x/minggu
Pola religius Tn. Suk Adi beragama islam dan mejalankan sholat 5 waktu Ibu beragama islam dan menjalankan sholat 5 waktu Anak beragama islam dan kadang menjalankan sholat Anak beragama islam dan menjalan sholat 5 waktu Anak beragama islam dan sudah mulai diajarkan sholat
11. Adat kebiasaan/selamatan
• Keluarga biasanya mengadakan selamatan 7 bulanan, selamatan untuk kelahiran bayi dan selamatan un²tuk orang meninggal
• Kalau ada orang meninggal keluarga ikut melayat
• Pada saat hari raya keluarga berkunjung ke sanak saudara
12. Penggunaan waktu senggang
Waktu senggang keluarga berkumpul sambil berbincang-bincang dengan anggota keluarga
13. Situasi sosial buadaya dan ekonomi
• Hubungan keluarga dengan masyarakat baik
• Kebutuhan sehari-hari terpenuhi dari hasil panen
B.Data Obyektif
1. Rumah : luas 45 m²
Jenis rumah : petak
Letak : -
Dinding : tembok
Atap : genting
Lantai : keramik
Cahaya : baik
Jendela : terbuka
Ventilasi : baik
Jumlah ruangan : 3 kamar
2. Air minum
Asal : sumber
Nilai air : bersih dan kadang keruh
Konsumsi air : memasak, mencuci, minum, mandi
3. Pembuangan sampah
Sampah dibuang di sembarang tempat
Keadaan : kotor
4. Jamban dan kamar mandi
• Keluaraga memiliki sendiri
• Ada kamar mandi, cukup bersih
5. Pekarangan dan selokan
• Pekarangan : Ada
• Kebersihan : cukup
• Air limbah : dibuang di selokan, terbuka dan tergenang
6. Kandang ternak
Terdapat kadang ternak ( ayam ) terletak disamping rumah dak tidak jauh dari rumahny
7. Denah rumah dan keterangan
A.Data Subyektif
1. Biodata
Nama klien : An. Meila Nama ibu : Ny. Yantik
Umur : 2,5 tahun Umur : 37 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : RT 01/RW 06 Dusun Kletak Pendidikan : SD
Desa kanyoran Pekerjaan : IRT
Penghasilan : -
Alamat : RT 01/RW 06 Dusun
Kletak Desa Kanyoran
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa berat badannya selalu rendah
3 .Riwayat kesehatan
a) Penyakit yang lalu
Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak pernah menderita penyakit yang parah,namun berat badan anaknya selalu rendah
b) Penyakit sekarang
Ibu mengatakan berat badan anaknya masih rendah
c) Penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
4. Riwayat natal
Ibu mengatakan umur kehamilannya 38 minggu, lahir spontan di bidan dengan BB
2400 gram / 47 cm
5. Riwayat gizi
Ibu mengatakan anaknya mengkonsumsi ASI secara eksklusif, diberikan MP-ASI
Berupa kerokan pisang dan kadang nasi tim sejak usia 8 bulan. Saat ini balita mengkonsumsi nasi dan sayuran seperti orang dewasa.
Namun nafsu makan kurang baik jika makan nasi.
6. Riwayat perkembangan
Usia 28 bulan : anak sudah bisa berjalan dan berbicara
7. Riwayat psikososial
Ibu mengatakan ini adalah anak ke 3 ,dan anak diasuh oleh orang tua sendiri
B. Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
K/U : baik BB : 11 kg
Kesadaran : composmentis TB : 78 cm
Suhu : 36,5°C
RR : 27x/menit
N : 90x/menit
2. Pemeriksaan fisik
• Inspeksi
Kepala : kulit kepala bersih,rambut pirang,tipis,tidak mudah rontok
Mata : konjunctiva merah muda,sklera putih
Hidung : tidak ada sekret dan tidak ada polip
Telinga : simetris,tidak ada serumen
Mulut : mukosa bibir lembab,tidak ada stomatitis,gigi sudah tumbuh
Leher : tidak ada luka
Dada : pernafasan normal tidak ada tarikan intercosta
Perut : tidak buncit
Genetalia : tidak ada kelainan,labia mayora menutup labia minora
• Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid
Perut : tidak ada pembesaran hepar
• Perkusi
Reflek patella : +/+
• Auskultasi
Perut : tidak ada wheezing dan ronkhi
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Tanggal/bln/thn Diagnosa Data Dasar
26 – 11 – 2010 Keluarga dengan kurangnya pengetahuan tentang pembuangan sampah dan limbah DS : Ibu mengatakan sampah dibuang dilubang sampah (sembarang tempat).
Ibu mengatakan air limbah dibuang diselokan terbuka dan menggenang.
Ibu mengatakan jambanya berbentuk latrin.
DO: Pembuangan sampah dibuang di lubang sampah (disembarang tempat)
Air limbah dibuang diselokan terbuka dan menggenang.
Jamban berbentuk latrin.
Keluarga dengan status gizi rendah ( BGM ) DS: Ibu mengatakan anaknya yang ketiga ( Meila ) berat badannya rendah (BGM ) dan sekarang berusia 28 bulan.
DO: -
III. PERUMUSAN MASALAH
Dari data yang didapat,maka masalah keluarga yang ada dapat dirumuskan sebagi berikut:
1. Keluarga dengan balita berat badan rendah (BGM)
2. Keluarga dengan kurangnya pengetahuan tentang pembuangan sampah dan limbah
- Susunan prioritas masalah
1. Keluarga dengan balita berat badan rendah (BGM)
No. Kriteria Perhitung Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Krisis
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2/2 x 2 2 Masalah dapat diubah dengan pemberian makanan secara benar sesuai usia dan melakukan posyandu secara rutin.
3. Potensi pencegahan 2/3 x 2 1/3 Masalah gizi buruk ( Kwsiokor dan marasmus ) dapat dicegah dengan penanganan masalah gizi dengan segera seperti pemberian modisco dan makanan bergizi.
4. Penonjolan masalah 2/2 x 1 1 BGM mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita yang seharusnya optimal menjadi tidak optimal.
Total skor 4 1/3
2. Keluarga dengan kurangnya pengetahuan sampah dan limbah
No. Kriteria Perhitung Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 2/3 x 2 1/3 Mendesak
2. Kemungkinan maksimal dapat diubah Masalah dapat diubah dengan pemberian penyuluhan dan pengertian tentang pembuangan sampah.
3. Potensi pencegahan 2/3 x 2 1/3 Masalah pembuangan sampah dan limbah yang tidak benar dapat dicegah dengan pemberian penyuluhan.
4. Penonjolan masalah Keluarga tahu tentang pembungan sampah yang benar, tapi tidak dilakukan.
Total skor
- Urutan prioritas masalah :
1. Keluarga dengan berat badan dibawah garis merah ( BGM ).
2. Keluarga dengan kurangnya pengetahuan tentang pembuang sampah.
No. Dx Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
1.
Keluarga dengan balita berat badan rendah (BGM)
Keluarga dengan kurangnya pengetahuan tentang pembuangan limbah dan sampah yang baik
Tujuan :
Keluarga dapat meningkatkan status gizi balita
KH :
-BB balita naik dan tidak BGM lagi
-BB ± 10 kg
Tujuan : terciptanya derajat kesehatan yang baik untuk keluarga
KH :
Keluarga mengerti tentang kesehatan diri dan lingkungan
1. Anujrkan keluarga untuk memberikan makanan bersih,sehat,dan bergizi pada anakny
2.Anjurkan keluarga untuk memberiksn tambahan vitamin pada balita
3.Ajarkan keluarga untuk pembuatan modisco dan memberikannya pada balita
4.Beri pengertian keluarga tentang gizi balita
5.Anjurkan keluarga untuk rutin melakukan posyandu balita
1. Lakukan pendekatan dengan keluarga.
2. Berikan penjelasan manfaat dan kesehatan lingkungan.
3. Berikan penjelasan tentang kebersihan lingkungan.
4. Beritahu keluarga bagaimana pembuangan limbah yang memenuhi syarat. 1.Dengan memberikan makanan bersih,sehat dan bergizi akan meningkatkan status gizi balita dan balita tidak mudah terserang penyakit
2.Vitamin pada balita mengandung kandungan penambah nafsu makan
3.Modisco mengandung kandungan banyak lemak yang dapat meningkatkan BB balita
4.Peningkatan pengertian tentang pentingnya gizi balita akan meningkatkan kesadaran keluarga sehingga keluarga mau melakukannya
5.Dengan rutin membawa ke posyandu,maka dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan balita mendapatkan informasi yang berguna u/ keluarga
1. Menciptakan suasana nyaman dan kekeluargaan.
2. Peningkatan pengetahuan dan wawasan keluarga.
3. Peningkatan pemahaman tentang kesehatan.
4. Pembuangan limbah yang tepat dapat mengurangi tempat bersarangnya penyakit.
1.Menganjurkan keluarga u/ memberikan makanan bersih,sehat, dan bergizi
2.Menganjurkan keluarga u/ memberikan vitamin pada balita
3.Mengajarkan pembuatan modisco dan menganjurkannya diberikan pada balita
4.Memberikan pengertian tentang gizi pada keluarga
5.Menganjurkan keluarga u/ rutin melakukan posyandu
1. Melakukan pendekatan dengan keluarga.
2. Memberikan penjelasan tentang manfaat dan kebersihan lingkungan.
3. Memberikan penjelasan tentang kebersihan lingkungan.
4. Memberitahukan keluarga bagaimana pembuangan limbah yang memenuhi syarat kesehatan 29-11-2010
10.00 WIB
S: Ibu mengatakan paham dg penjelasan yang yg diberikan
O:
BB:8,5kg
TB:78cm N:90x/mnt S: 36,5°C
RR: 27x/mnt
A: Keluarga dengan balita BGM
P: Menganjurkan ibu u/ memberikan makanan bergizi,Anjurkan ibu u/ selalu memberikan modisco
S: Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
O: -
A: masalah teratasi sebagian.
P: pembuatan lubang sampah dan kemudian setelah penuh dibakar
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam kasus pada keluarga Tn. Suk Adi dengan salah satu anggota keluarganya mengalami berat badan bawah garis merah (BGM ) yang dilakukan di Desa Kanyoran Kec. Semen Kab. Kediri, bahwa keluarga ini memiliki pengetahuan yang rendah tentang pembuangan limbah dan sampah yang benar sehingga hal ini akan menjadi masalah bagi keluarga.
Pada interpretasi data dasar tidak ada penyimpangan antara kasus dengan teori yang ada, sehingga antara data subyektif dan obyektif dijadikan dasar penentu diagnose dan masalah.
Berdasarkan teori, intervensi dalam asuhan keluarga yang diutamakan ke KIE dengan tujuan untuk pencegahan terjadinya masalah yang akan datang :
1. Pada kasus keluarga dengan berat badab bawah garis merah intervensi yang diberikan antara lain : anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang bersih, sehat, dan bergizi pada anaknya,anjurkan kelurga untuk memberikan tambahan vitamin pada balita, anjurkan keluarga untuk membuatkan modisco dan memberikannya pada balita, beri pengertian keluarga tentang gizi balita dan anjurkan keluarga untuk rutin mengikuti posyandu.
2. Pada kasus keluarga dengan kurangnya pengetahuan tentang pembunangan sampah dan limbah yang benar,intervensi yang diberikan antara lain lakukan pendekatan dengan keluarga, berikan penjelasan tentang manfaat dari kebersihan lingkungan, beritahu kelurga tentang bagaimana pembuangan limbah yang memenuhi syarat.
Implementasi yang telah mengacu pada kondisi klien dan telah disesuaikan dengan interventasi yang diberikan.
Evaluasi yang diharapkan setelah pemeriksaan dan penyusunan yaitu ada perubahan yang lebih besar. Evaluasi setelah diberikan KIE ibu dan keluarga sudah mampu menjelaskan kembali nasehat yang diberikan. Ibu dan keluarga juga mengatakan bahwa mereka bersedia melaksanakan nasehat yang telah disampaikan untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
a) Setelah melakukan pengkajian data pada keluarga di dapatkan bahwa keluraga ada yang mengalami berat badan bawah garis merah, didapatkan hasil bahwa ia dalam keadaan baik – baik saja dan berat badannya sekarang berangsur – angsur menuju normal yaitu 11,5 kg sekarang ini.
b) Dari data yang didapat maka masalah keluarga yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut :
• Keluarga dengan balita berat badan bawah garis merah ( BGM )
• Keluarga dengan kurangnya pengetahuan tentang pembuangan sampah dan limbah yang benar.
c) Intervensi yang diberikan pada keluarga adalah memberikan KIE tentang masalah yang dialami keluarga.
d) Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi.
e) Setelah dievaluasi, klien mengerti dan menjalankan KIE yang diberikan bidan.
5.2 SARAN
a) Keluarga
Pada anak balita BGM diharapkan rutin ke posyandu dan memberikan makan makanan bergizi,dan meningkatan kebersihan lingkungan sehingga meningkatkan derajat kesehatan.
b) Petugas Kesehatan
Perlu meningkatkan terus mutu sumber daya manusia melalui pelayanan pendidikan yang berkelanjutan.
c) Lahan Praktek
Diharapkan tempat pelayanan melengkapi peralatan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan serta menjaga kesterilan peralatan – peralatan yang ada.
d) Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam pembuatan asuhan kebidanan pada keluarga sehingga untuk selanjutnya dapat menyusun asuhan kebidanan pada keluarga dengan lebih baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlin Dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC
Effendy, Nasrul. 1998. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC

Karakteristik Keluarga Balita Dengan Berat Badan DiBawah Garis Merah


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Di Indonesia dan di negara berkembang masalah gizi pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi,masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Masalah Kurang Vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar.
Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional, Masalah gizi kurang pada  balita umumnya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.  Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. (Depkes, 2000)
Menurut Depkes (2004) yang dikutip Biro Pusat Statistik tahun 2003 sekitar 5 juta anak balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Khususnya untuk mereka yang berumur di bawah 5 tahun. (Depkes, 2004)
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007), Angka Kematian Bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup. Namun, Nusa Tenggara Barat masih menduduki urutan kedua tertinggi penyumbang AKB dan AKABA yaitu 72 per 1000 kelahiran dan 92 per 1000 kelahiran hidup. (SDKI,2007)
Di Nusa Tenggara Barat (NTB), tercatat jumlah warga yang mengalami gizi kurang hingga Juli 2010 mencapai 319 orang. Pada Kabupaten Lombok Barat terdapat  65 kasus gizi kurang. (Rahayu,2010)
Dari data Dikes Kabupaten Lombok Barat diperoleh jumlah kejadian balita berat badan dibawah garis merah (BGM) dari 15 puskesmas wilayah Lombok Barat yaitu Puskesmas Meninting didapatkan 110 (3,46%) balita BGM dari 3188 balita yang ada, Puskesmas Gunung Sari didapatkan 50 (1,77%) balita BGM dari 2802 balita yang ada, Puskesmas Penimbung didapatkan 38 (1,83%) balita BGM dari 2050 balita yang ada, Puskesmas Lingsar didapatkan 116 (4,02%) balita BGM dari 2892 balita yang ada, Puskesmas Sigerongan didapatkan 73 (4,24%) balita BGM dari 1721 balita yang ada, Puskesmas Narmada didapatkan 131 (4,30%) balita BGM dari 3054 balita yang ada, Puskesmas Sedau didapatkan 66 (1,61%) balita BGM dari 4116 balita yang ada, Puskesmas Kediri didapatkan 32 ( 0,75%) balita BGM dari 4251 balita yang ada, Puskesmas Kuripan 283 (9,03%) balita BGM dari 3129 balita yang ada, Puskesmas Labuapi didapatkan 88 (3,19%) balita BGM dari 2747 balita yang ada, Puskesmas Perampuan didapatkan 124 (4,60%) balita BGM dari 2699 balita yang ada, Puskesmas Jakem didapatkan 89 (2,50%) balita BGM dari 3555 balita yang ada, Puskesmas Sekotong 98 (6,20%) balita BGM dari 1583 balita yang ada, Puskesmas pelangan didapatkan 57 (2,38%) balita BGM dari 2370 balita yang ada dan Puskesmas Gerung 326 (6,30%) balia BGM dari 5172 balita yang ada. Sehingga diperoleh jumlah balita di Kabupaten Lombok Barat pada ptahun 2009 sebanyak 45.327 balita dengan jumlah balita berat badan dibawah garis merah sebanyak 1680 balita, dimana dari data tersebut terlihat kejadian balita berat badan dibawah garis merah (BGM tertinggi diPuskesmas Kuripan  yaitu sebanyak 283 (9,03%) balita BGM dari 3129 total balita yang ada (Dikes Kabupaten Lobar, 2009).
Berdasarkan keadaan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian sederhana tentang “Karakteristik Keluarga Balita Dengan Berat Badan Di Bawah Garis Merah (BGM) di wilayah kerja Puskesmas Kuripan Tahun 2011”
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Karakteristik Keluarga Balita Dengan Berat Badan Di Bawah Garis Merah (BGM) di Wilayah Kerja Puskesmas Kuripan Tahun 2011?
C.   Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) di wilayah kerja PuskesmasKuripan tahun 2011.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) berdasarkan tingkat pendidikan kepala keluarga.
b.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) berdasarkanPendapatan keluarga.
c.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) berdasarkan pola asuh anak.
d.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) berdasarkan jumlah anggota keluarga
e.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) berdasarkan Sanitasilingkungan keluarga.
D.   Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Untuk Instansi Terkait
Sebagai sumber informasi untuk bahan pertimbangan bagi Puskesmas guna menyusun strategi lebih lanjut sehingga dapat menurunkan insiden BGM
2.    Manfaat Untuk Masyarakat
a.    Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi balita
b.    Meningkatkan kesadaran ibu dan keluarga untuk memperbaiki pola asuh terhadap balita
3.    Manfaat Untuk Penelitian Yang Akan Datang
Dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya terutama penelitian yang berhubungan dengan terjadinya BGM.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   TINAJUAN TEORI
1.      Karakteristik
a.      Pengertian
Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis-jenis kelamin, umur, serta status sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya. Menurut Efendi, demografi berkaitan dengan struktur penduduk, umur, jenis kelamin, dan status ekonomi sedangkan data cultural mengangkat tingkat pendidikan, pekerjaan, agama, adat istiadat, penghasilan dan sebagainya (Ayuria,2009).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.
2.  Karakteristik keluarga
a.    Tingkat pendidikan keluarga
1)    Pengertian
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP dan SMA), sampai pendidikan tinggi (perguruan Tinggi). (Wikipedia,2011)
Berdasarkan pengertian pendidikan yang teah dijelaskan sebelumnya maka dapat diidentifikasikan beberapa ciri pendidikan antara lain :
a)    Pendidikan mengandung tujuan yaitu kemampuan untuk berkembang, sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup.
b)    Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memiih isi, strategi dan teknik pendidikan.
c)    Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (formal dan non formal)



2)    Jalur pendidikan
Menurut UU RI no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, jalur pendidikan terdiri dari :
a)    Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
b)    Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan dan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri
c)    Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
3)    Jenjang pendidikan
Menurut UU RI no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jenjang pendidikan formal terdiri atas :
a)    Pendidikan dasar
Merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah dasar (SD), dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsnawiyah (Mts) atau yang sederajat.  
b)    Pendidikan menengah
Merupakan lanjutan pendidikan dasar. Terdiri atas pendidikan menengah umum dan kejujuran seperti Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliah Kejujuran (MAK) atau yang sederajat.
c)    Pendidikan tinggi
Meupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Specialis dan Doktor yang diselenggarakan oleh pergurun tinggi (Hasbullah, 2005)
4)    Pendidikan dan Gizi
Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima informasi kesehatan khususnya di bidang gizi, sehingga dapat menambah pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Depkes RI,2003)


b.    Pendapatan  keluarga
Pendapatan adalah segala sesuatu yang diperoleh atau diterima oleh seseorang baik berupa barang atau uang sebagai balas jasa yang dihitung dalam perkapita, perminggu, perbulan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005, Kriteria atau batasan keluarga miskin Indonesia  jika pendapatan keluarga kurang dari Rp. 600.000 per bulan.(Gema,2010)
Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan dalam kualitas dan kuantitas pada makanan. Pendapatan yang meningkat maka berpengaruh terhadap perbaikan kesehatan dan keadaan gizi. Sedangkan pendapatan yang rendah akan mengakibatkan lemahnya daya beli sehingga tidak memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan dengan cara-cara tertentu secara efektif terutama untuk anak mereka. (Notoatmodjo,2007)
c.    Pola Asuh
Agar pola hidup anak bisa sesuai dengan standar kesehatan, di samping harus mengatur pola makan yang benar, juga tak kalah pentingnya mengatur pola asuh yang benar pula. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang penuh kasih sayang pada anak, memberinya waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga (Perangin-angin, 2006).
Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian, dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang memadai. Pada masa ini juga, anak-anak masih sangat tergantung pada perawatan dan pengasuhan ibunya (Sarah, 2008).
Adapun tipe-tipe pola asuh anak :
1)    Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.
Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.
Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.
2)    Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.
Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.
Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.
3)    Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orang tua kepada anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatif akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orang tua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain. (Anonim,2008)

d.    Besar anggota keluarga
Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi terlihat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya jika yang harus dilayani jumlahnya sedikit. Besar keluarga mungkin berpengaruh terhadap distribusi makanan dalam keluarga.Keadaan demikian juga dapat mengakibatkan perhatian ibu terhadap perawatan anak menjadi berkurang,karena perhatian ibu dalam merawat dan membesarkan anak balita dapat terpengaruh bila banyak anak yang dimiliki. Bila besar keluarga bertambah maka porsi makanan untuk setiap anak berkurang. (Notoatmodjo,2007)
Menurut BKKBN, jumlah anggota keluarga kecil rata-rata adalah 4 orang. (Daniel,2005)
e.    Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya (Notoadmojo, 2007).
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan.
Syarat-syarat rumah yang sehat :
1)    Bahan bangunan
a)     Lantai : ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.
b)     Dinding : Tembok adalah baik, namun di samping mahal, tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi tidak cukup. Dinding rumah didarerah tropis khususnya dipedesaan, lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.
c)      Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.
d)     Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Katu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.
2)    Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 didalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit.)
Fungsi kedua daripada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan-ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga agar ruangan selalu tetap didalam kelembaban (humuduty) yang optium.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
a)    Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindung kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
b)    Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
3)    Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam akhirnya dapat merusakan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
a)    Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat didalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini, disamping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan dusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tenan tinggi dinding (tembok).
Jalan masuknya cahaya ilmiah juga diusahakan dengan geneng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secra sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa waktu pembuatanya kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.
b)    Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
4)    Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lanai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab di samping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkene penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).
5)    Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a)    Penyediaan air bersih yang cukup
b)    Pembuangan Tinja
c)    Pembuangan air limbah (air bekas)
d)    Pembuangan sampah
e)    Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga
Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang).
Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni:
a)    Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan bagian dari rumah tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.
b)    Kandang ternak. Oleh karena kandang ternak adalah merupakan bagian hidup dari petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah. Hal ini tidak sehat, karena ternak kadang-kadang merupakan sumber penyakit pula. Maka sebaiknya demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal, atau dibikinkan kandang sendiri (Notoadmojo, 2007).
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare,kecacingan,dan infeksi saluran pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit,dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa dkk,2001).
3.    Status Gizi Balita
a.    Pengertian
Status gizi itu pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. (Depkes.RI 2008).
Ukuran yang digunakan dalam menentukan status gizi adalah berat badan, bisa juga tinggi badan yang didasarkan pada umur, ukuran ini biasa disebut dengan ukuran antropometri dan disajikan dalam bentuk indeks. Oleh karenanya hasil dimanfaatkan atau digunakan untuk Assesment Keadaan Gizi Induvidu ataupun juga penentuan status gizi masyarakat tentunya dengan menggunakan tabel antropomteri (bukan KMS). Untuk assesment status gizi induvidu dengan indeks BB/U dapat dilihat 4 kategori yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. (lihat perbedaannya dengan KMS yang hanya untuk melihat Naik-Turun/Tetap dan BGM). Sementara untuk assesmen keadaan gizi masyarakat dapat menentukan prevalensi gizi lebih, baik, kurang dan buruk.
Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah pada KMS.
b.    Klasifikasi dan Penilaian Status Gizi Balita
Membahas mengenai masalah gizi, dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu :
1)    Gizi baik, yaitu keadaan gizi baik pada seseorang terjadi jika adanya keseimbangan jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (required) oleh tubuh yang ditandai dengan berat badan.
2)    Gizi kurang, yaitu keadaan tidak sehat (patologik) yang timbul karena tidak cukup makan dan konsumsi energy kurang selama jangka waktu tertentu. Berat badan yang menurun adalah tanda utama dari gizi kurang.
3)    Gizi lebih, yaitu keadaan tidak sehat (patologik) yang disebabkan kebanyakan makanan dan konsumsi energiyang lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh untuk jangka waktu yang panjang. Kegemukan merupakan tanda awal yang biasa dilihat dari keadaan gizi lebih.
4)    Gizi buruk, yaitu suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.
Penilaian status gizi dapat diukur secara langsung dan tidak langsung yaitu :
1)    Ststus gizi secara langsung
a)     Antropometri, secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan kmposisi tubuh dari berbagai tingkay umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat
b)     Klinis, pemeriksaan  klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat, metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
c)      Biokimia, pemeriksaan specimen yang di uji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh digunakan antara lain : darah, urine,dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
d)     Biofisik, penentuan gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
2)     Status gizi secara tidak langsung
a)    Survey konsumsi makanan, metode enentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi
b)    Statistic vital, pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah dengan menganalisis data beberapa  statistic kesehatan angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
c)    Ekologi, bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
Tabel 1. Status gizi berdasarkan indeks antropometri (Sumber : Yayah K. Husaini, Antropometri sebagai Indeks Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Medika, No 8 tahun XXIII,1997)
Status Gizi
Indeks
BB/U
TB/U
BB/TB
Gizi Baik
>80 %
>90 %
>90 %
Gizi Sedang
71 % - 80 %
81 % - 90 %
81 % - 90 %
Gizi Kurang
61 % - 70 %
71 % - 80 %
71 % - 80 %
Gizi Buruk
≤ 60%
≤ 70 %
≤ 70 %

Tabel  2. Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Perempuan
Anak Perempuan
Umur (Bulan)
Gizi Buruk (kg)
Gizi Kurang (kg)
Gizi  Baik (kg)
Gizi Lebih (kg)
0
1.7
1.8 - 2.1
2.2 - 3.9
4.0
1
2.1
2.2 - 2.7
2.8 - 5.0
5.1
2
2.6
2.7 - 3.2
3.3 - 6.0
6.1
3
3.1
3.2 - 3.8
3.9 - 6.9
7.0
4
3.6
3.7 - 4.4
4.5 - 7.6
7.7
5
4.0
4.1 - 4.9
5.0 - 8.3
8.4
6
4.5
4.6 - 5.4
5.5 - 8.9
9.0
7
4.9
5.0 - 5.8
5.9 - 9.5
9.6
8
5.3
5.4 - 6.2
6.3 - 10.0
10.1
9
5.6
5.7 - 6.5
6.6 - 10.4
10.5
10
5.8
5.9 - 6.8
6.9 - 10.8
10.9
11
6.1
6.2 - 7.1
7.2 - 11.2
11.3
12
6.3
6.4 - 7.3
7.4 - 11.5
11.6
13
6.5
6.6 - 7.5
7.6 - 11.8
11.9
14
6.6
6.7 - 7.7
7.8 - 12.1
12.2
15
6.8
6.9 - 7.9
8.0 - 12.3
12.4
16
6.9
7.0 - 8.1
8.2 - 12.5
12.6
17
7.1
7.2 - 8.2
8.3 - 12.8
12.9
18
7.2
7.3 - 8.4
8.5 - 13.0
13.1
19
7.4
7.5 - 8.5
8.6 - 13.2
13.3
20
7.5
7.6 - 8.7
8.8 - 13.4
13.5
21
7.6
7.7 - 8.9
9.0 - 13.7
13.8
22
7.8
7.9 - 9.0
9.1 - 13.9
14.0
23
8.0
8.1 - 9.2
9.3 - 14.1
14.2
24
8.2
8.3 - 9.3
9.4 - 14.5
14.6
25
8.3
8.4 - 9.5
9.6 - 14.8
14.9
26
8.4
8.5 - 9.7
9.8 - 15.1
15.2
27
8.6
8.7 - 9.8
9.9 - 15.5
15.6
28
8.7
8.8 - 10.0
10.1 - 15.8
15.9
29
8.8
8.9 - 10.1
10.2 - 16.0
16.1
30
8.9
9.0 - 10.2
10.3 - 16.3
16.4
31
9.0
9.1 - 10.4
10.5 - 16.6
16.7
32
9.1
9.2 - 10.5
10.6 - 16.9
17.0
33
9.3
9.4 - 10.7
10.8 - 17.1
17.2
34
9.4
9.5 - 10.8
10.9 - 17.4
17.5
35
9.5
9.6 - 10.9
11.0 - 17.7
17.8
36
9.6
9.7 - 11.1
11.2 - 17.9
18.0
37
9.7
9.8 - 11.2
11.3 - 18.2
18.3
38
9.8
9.9 - 11.3
11.4 - 18.4
18.5
39
9.9
10.0 - 11.4
11.5 - 18.6
18.7
40
10.0
10.1 - 11.5
11.6 - 18.9
19.0
41
10.1
10.2 - 11.7
11.8 - 19.1
19.2
42
10.2
10.3 - 11.8
11.9 - 19.3
19.4
43
10.3
10.4 - 11.9
12.0 - 19.5
19.6
44
10.4
10.5 - 12.0
12.1 - 19.7
19.8
45
10.5
10.6 - 12.1
12.2 - 20.0
20.1
46
10.6
10.7 - 12.2
12.3 - 20.2
20.3
47
10.7
10.8 - 12.4
12.5 - 20.4
20.5
48
10.8
10.9 - 12.5
12.6 - 20.6
20.7
49
10.8
10.9 - 12.6
12.7 - 20.8
20.9
50
10.9
11.0 - 12.7
12.8 - 21.0
21.1
51
11.0
11.1 - 12.8
12.9 - 21.2
21.3
52
11.1
11.2 - 12.9
13.0 - 21.4
21.5
53
11.2
11.3 - 13.0
13.1 - 21.6
21.7
54
11.3
11.4 - 13.1
13.2 - 21.8
21.9
55
11.4
11.5 - 13.2
13.3 - 22.1
22.2
56
11.4
11.5 - 13.3
13.4 - 22.3
22.4
57
11.5
11.6 - 13.4
13.5 - 22.5
22.6
58
11.6
11.7 - 13.5
13.6 - 22.7
22.8
59
11.7
11.8 - 13.6
13.7 - 22.9
23.0

Tabel 3. Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi pada Anak Laki-laki.
Anak Laki-laki
Umur
Gizi Buruk (kg)
Gizi Kurang (kg)
Gizi Baik (kg)
Gizi Lebih (kg)
0
1.9
2.0 - 2.3
2.4 - 4.2
4.3
1
2.1
2.2 - 2.8
2.9 - 5.5
5.6
2
2.5
2.6 - 3.4
3.5 - 6.7
6.8
3
3.0
3.1 - 4.0
4.1 - 7.6
7.7
4
3.6
3.7 - 4.6
4.7 - 8.4
8.5
5
4.2
4.3 - 5.2
5.3 - 9.1
9.2
6
4.8
4.9 - 5.8
5.9 - 9.7
9.8
7
5.3
5.4 - 6.3
6.4 - 10.2
10.3
8
5.8
5.9 - 6.8
6.9 - 10.7
10.8
9
6.2
6.3 - 7.1
7.2 - 11.2
11.3
10
6.5
6.6 - 7.5
7.6 - 11.6
11.7
11
6.8
6.9 - 7.8
7.9 - 11.9
12.0
12
7.0
7.1 - 8.0
8.1 - 12.3
12.4
13
7.2
7.3 - 8.2
8.3 - 12.6
12.7
14
7.4
7.5 - 8.4
8.5 - 12.9
13.0
15
7.5
7.6 - 8.6
8.7 - 13.1
13.2
16
7.6
7.7 - 8.7
8.8 - 13.4
13.5
17
7.7
7.8 - 8.9
9.0 - 13.6
13.7
18
7.8
7.9 - 9.0
9.1 - 13.8
13.9
19
7.9
8.0 - 9.1
9.2 - 14.0
14.1
20
8.0
8.1 - 9.3
9.4 - 14.3
14.4
21
8.2
8.3 - 9.4
9.5 - 14.5
14.6
22
8.3
8.4 - 9.6
9.7 - 14.7
14.8
23
8.4
8.5 - 9.7
9.8 - 14.9
15.0
24
8.9
9.0 - 10.0
10.1 - 15.6
15.7
25
8.9
9.0 - 10.1
10.2 - 15.8
15.9
26
9.0
9.1 - 10.2
10.3 - 16.0
16.1
27
9.0
9.1 - 10.3
10.4 - 16.2
16.3
28
9.1
9.2 - 10.4
10.5 - 16.5
16.6
29
9.2
9.3 - 10.5
10.6 - 16.7
16.8
30
9.3
9.4 - 10.6
10.7 - 16.9
17.0
31
9.3
9.4 - 10.8
10.9 - 17.1
17.2
32
9.4
9.5 - 10.9
11.0 - 17.3
17.4
33
9.5
9.6 - 11.0
11.1 - 17.5
17.6
34
9.6
9.7 - 11.1
11.2 - 17.7
17.8
35
9.6
9.7 - 11.2
11.3 - 17.9
18.0
36
9.7
9.8 - 11.3
11.4 - 18.2
18.3
37
9.8
9.9 - 11.4
11.5 - 18.4
18.5
38
9.9
10.0 - 11.6
11.7 - 18.6
18.7
39
10.0
10.1 - 11.7
11.8 - 18.8
18.9
40
10.1
10.2 - 11.8
11.9 - 19.0
19.1
41
10.2
10.3 - 11.9
12.0 - 19.2
19.3
42
10.3
10.4 - 12.0
12.1 - 19.4
19.5
43
10.4
10.5 - 12.2
12.3 - 19.6
19.7
44
10.5
10.6 - 12.3
12.4 - 19.8
19.9
45
10.6
10.7 - 12.4
12.5 - 20.0
20.1
46
10.7
10.8 - 12.5
12.6 - 20.3
20.4
47
10.8
10.9 - 12.7
12.8 - 20.5
20.6
48
10.9
11.0 - 12.8
12.9 - 20.7
20.8
49
11.0
11.1 - 12.9
13.0 - 20.9
21.0
50
11.1
11.2 - 13.00
13.1 - 21.1
21.2
51
11.2
11.3 - 13.2
13.3 - 21.3
21.4
52
11.3
11.4 - 13.3
13.4 - 21.6
21.7
53
11.4
11.5 - 13.4
13.5 - 21.8
21.9
54
11.5
11.6 - 13.6
13.7 - 22.0
22.1
55
11.7
11.8 - 13.7
13.8 - 22.2
22.3
56
11.8
11.9 - 13.8
13.9 - 22.5
22.6
57
11.9
12.0 - 14.0
14.1 - 22.7
22.8
58
12.0
12.1 - 14.1
14.2 - 22.9
23.0
59
12.1
12.2 - 14.2
14.3 - 23.2
23.3
              Sumber : Departemen Kesehatan RI,2006
4.    Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Balita adalah salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. (Wikipedia, 2011)
Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada di bawah garis merah pada KMS (Anonim, 2009).
Balita BGM tidak selalu berarti menderita gizi buruk. Akan tetapi, itu dapat menjadi indikator awal bahwa balita tersebut mengalami masalah gizi.
Gambar 1. Indikator KMS Bila Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah.             
        Sumber : Referensi kesehatan,2008



B.   KERANGKA KONSEP







KARAKTERISTIK KELUARGA:
a.    Pendidikan formal keluarga
b.    Pendapatan keluarga
c.    Pola asuh
d.    Besar anggota keluarga
e.    Sanitasi lingkungan








Balita Berat Badan Di Bawah Garis Merah (BGM)































Sumber          : Modifikasi Supariasa, 2001



 

                         =   Variabel yang diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
A.   Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah meneliti karakteristik keluarga balita berat badan dibawah garis merah (BGM).
1.    Tempat penelitian
Rencana penelitian akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kuripan, Karena Puskesmas Kuripan merupakan Puskesmas dengan presentase balita berat badan di bawah garis merah (BGM) tertinggi di wilayah Lombok Barat  yaitu 283 (9,03%) balita BGM dari 3129 balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kuripan.
2.    Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011
B.   Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual, penelitian deskriptif dapat pula diartikan sebagai penelitian untuk memotret fenomena individual, situasi atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian. (Danim,2003)

    
C.   Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi terdiri atas sekumpulan obyek yang menjadi pusat perhatian yang dari padanya terkandung informasi yang ingin diketahui. (W. Gulo,2008)
Populasi dalam penelitain ini adalah semua keluarga balita BGM yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kuripan.
2.    Sampel
Sampel adalah himpunan bagian dari suatu populasi (W.Gulo,2008).
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian keluarga balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kuripan.
Metode pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling yaitu accidental sampling, artinya dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo,2010).
D.   Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
1.    Data primer
a.     Data mengenai karakteristik keluarga di peroleh dari hasil pengisian kuesioner.


2.    Data sekunder
a.    Data rekapitulasi balita BGM tahun 2009 yang diperoleh dari arsip Dikes Lombok Barat.
b.    Data mengenai berat badan balita dibawah garis merah diperoleh dari Buku KMS yang dimiliki balita yang melakukan penimbangan di posyandu.
c.    Data mengenai gambaran umum tempat penelitian dikumpulkan dengan mempelajari buku tahunan Puskesmas Kuripan.
E.   Cara Pengolahan Data
1.    Data primer
a.    Data tentang karakteristik keluarga yang meliputi pendidikan keluarga diolah dengan tabulasi dan disajikan dengan cara deksriptif berdasarkan tingkat pendidikan yaitu:
1)    Dasar : SD,MI,SMP,Mts
2)    Menengah : SMA,MA,SMK,MAK
3)    Tinggi: Diploma,Sarjana, Magister
b.    Data tentang karakteristik keluarga berdasarkan pendapatan keluarga diolah dengan tabulasi dan disajikan secara deksriptif berdasarkan kriteria:
1)    Miskin : < Rp.600.000,-
2)    Tidak Miskin : ≥Rp.600.000,-
c.    Data tentang Karakteristik Keluarga berdasarkan pola asuh anak diolah secara tabulasi dan disajikan secara dekstriftif berdasarkan katagorikan pola asuh anak yaitu:
1)     Pola asuh permisif
2)     Pola asuh otoriter
3)     Pola asuh otoritatif
d.    Data tentang karakteristik keluarga berdasarkan besar anggota keluarga diolah secara tabulasi dan disajikan secara dekstriftif berdasarkan kriteria :
1)    Keluarga Besar : > 4 orang
2)    Keluarga Kecil : ≤ 4 orang
e.    Data tentang karakteristik keluarga berdasarkan sanitasi lingkungan didapatkan dengan cara observasi dan wawancara dengan kuesioner. Kemudian diolah dalam microsoft exel dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi sehingga diperoleh data :
1)    Sehat    = >x+ 1 SD
2)    Tidak Sehat = < x- 1 SD
2.    Data Sekunder
a.    Data mengenai berat badan balita dibawah garis merah disajikan secara deskriftif.
b.    Data mengenai gambaran umum tempat penelitian dikumpulkan dengan mempelajari buku tahunan Puskesmas Kuripan dan disajikan secara deskriftif.
F.    Definisi Operasional
No.
Variabel
Definisi operasional
Cara pengukuran
Kriteria
Skala
1.     
Pendidikan keluarga
Pendidikan formal yang dimiliki keluarga  
 Kuesioner
-       Dasar : SD,MI,SMP,Mts
-       Menengah : SMA,MA,SMK,MAK
-       Tinggi: Diploma,Sarjana, Magister
Ordinal 
2.     
Pendapatan keluarga
Jumlah seluruh pendapatan yang
diperoleh oleh seluruh keluarga dan digunakan oleh
keluarga tersebut.
Kuesioner
Tidak Miskin :≥Rp.600.000,Miskin :
< Rp. 600.000
Nominal
3.     
Pola asuh
Interaksi orang tua dengan anak
Kuesioner
-       Pola asuh anak otoritatif
-        Pola asuh anak otoriter
-       Pola asuh Permisif


Ordinal
4.     
Besar anggota keluarga
Jumlah orang dalam keluarga
Kuesioner
-       Keluarga Besar(>4 orang)
-       Keluarga Kecil (≤4 orang)
Ordinal
5.     
Sanitasi lingkungan
Keadaan lingkungan
Kuesioner dan observasi
Sehat  :
 >x+ 1 SD
Tidak sehat: < x-1 SD
Ordinal 


Apakah Berat Badan Balita BGM-KMS adalah Gizi Buruk?
SKDN-KEPsss
Perbedaan Penentuan Status Gizi
Polewali Mandar Sulawesi Barat.-- Ibu yang mempunyai anak balita dan pernah menimbang berat badan anaknya di posyandu atau di klinik-klinik kesehatan anak, biasanya hasil timbangannya dicantumkan pada Kartu Menujuh Sehat (KMS), berat badan yang dicantumkan di KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada, sebagian berat badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan juga kuning bahkan ada yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya dibawah garis merah.
Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja dipresepsikan dengan gizi baik, sementara berat badan yang berada pada pita warna kuning merupakan warning (peringatan) kepada ibunya agar lebih berhati-hati jangan sampai masuk pada berat badan dibawah garis merah atau biasa disebut dengan BGM, karena apabila anak telah berada di bawah garis merah pada Kartu Menujuh Sehat (KMS) maka anak balita tersebut bisa cenderung di vonis —— padahal tidak demikian ——-telah mengalami gizi buruk. Keadaan ini membuat ibu-ibu balita mengalami kegelisaan akan masa depan anaknya.
KMS
Contoh KMS
Disisi lain, dikalangan petugas kesehatan apalagi yang bukan petugas kesehatan dalam membuat indikator status gizi buruk selalu saja mengalami kebingungan, Indikator status gizi apa yang seharusnya digunakan dalam menentukan keadaan gizi buruk. Yang sering terdengar adalah penggunaan indeks BB/U, ada juga dengan menggunakan indeks TB/U atau bahkan juga yang menggunakan indeks BB/TB.
Karena ketiga indeks ini agak sulit dalam pengelolaannya dan kemudian diinterpretasikannya, maka sebagian petugas langsung saja menggunakan Kartu Menujuh Sehat (KMS) seperti yang disebut diatas, bila berat badan balita di Bawah Baris Merah (BGM) maka selanjutnya dengan yakinnya mereka mengatakan anak balita tersebut telah menderita Gizi Buruk. Celakanya lagi petugas-petugas tingkat Kabupaten dengan yakinnya menyatakan bahwa apa yang telah dilakukan oleh petugas lapangannya dalam melakukan pendataan dengan dasar BGM pada KMS dan menyimpulkan telah terjadi ribuan gizi buruk adalah benar. Seperti laporan yang dikeluarkan oleh Tim Pendataan Kemiskinan Berbasis masyarakat (PKBM) Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat telah ditemukan ribuan balita gizi buruk, dilokasi dimana tim melakukan pendataan.
Apakah benar Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS adalah Gizi Buruk? Sebelum penulis menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu perlu dijelaskan “ tentang KMS- Kartu Menujuh Sehat dan juga sedikit penjelasan tentang status gizi”
Kartu Menujuh Sehat (KMS)
Slide2
Status Gizi Berdasarkan Pemantuan Pertumbuhan Berat Badan
Kartu Menujuh Sehat (KMS) itu hanya difungsikan untuk Pemantauan pertumbuhan-perkembangan balita dan Promosinya, bukan untuk penilaian status gizi, sekali lagi bukan untuk pemantauan status gizi. Pada KMS tidak dibedakan menurut jenis kelamin, balita laki-laki dan perempuan sama saja. ———– walaupun sekarang ditahun 2010 depkes telah membuat KMS dengan membedahkan jenis kelamin, pembacaannya pada KMS tetaplah sama———– Pita gambar yang ada pada KSM berdasarkan % median, artinya tidak disesuaikan dengan hasil berat badan balita dan kemudian ditentukan status gizinya atau jelasnya berat badan yang tercantum pada KMS hanya menggambarkan pola pertumbuhan berat badan balitabukan Berat Badan per Umur, karena yang dilihat adalah garis bukan titik. Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) bukan menunjukkan keadaan GIZI BURUK tetapi sebagai“warning” untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya tetapi perlu diingat tidak berlaku pada anak dengan berat badan awalnya memang sudah dibawah garis merah. Naik-Turunya berat badan balita selalu mengikuti pita warna pada KMS.
Yang jelas hasil penimbangan balita di posyandu hanya dapat dimanfaatkan atau digunakan untuk
1.     Pemantaun pertumbuhan dan perkembangan induvidu balita dengan melihat berat badan yang ditimbang (D) apakah naik (N), turun (T) atau BGM
2.     Perkiraan perkembangan pertumbuhan balita di masyarakat yaitu dengan melihat presentase balita yang Naik Berat Badannya dibanding dengan keseluruhan balita yang ditimbang (% N/D), termasuk juga presentase balita yang BGM di banding dengan keseluruhan balita yang ditimbang (%BGM/D)
3.     Perkiraan perkembangan keadaan gizi balita di masyarakat
4.     Pembinaan kegiatan posyandu dengan menilai cakupan program  (K/S) dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu (D/S)
STATUS GIZI
Penilaian Status Gizi
Status Gizi berdasarkan Penilaian Tabel Antropometri
Status gizi itu pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. (Depkes.RI 2008). Ukuran yang digunakan dalam menentukan status gizi adalah berat badan, bisa juga tinggi badan yang didasarkan pada umur, ukuran ini biasa disebut dengan ukuran antropometri dan disajikan dalam bentuk indeks. Oleh karenanya hasil dimanfaatkan atau digunakan untuk Assesment Keadaan Gizi Induvidu ataupun juga penentuan status gizi masyarakat tentunya dengan menggunakan tabel antropomteri (bukan KMS). Untuk assesment status gizi induvidu dengan indeks BB/U dapat dilihat 4 kategori yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. (lihat perbedaannya dengan KMS yang hanya untuk melihat Naik-Turun/Tetap dan BGM). Sementara untuk assesmen keadaan gizi masyarakat dapat menentukan prevalensi gizi lebih, baik, kurang dan buruk.
Perlu diingat pula  Kategori Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U  (Baca : Berat Badan menurut Umur)  dipakai untuk melihat status  Gizi Lebih, Baik, Kurang dan Buruk,  tidaklah sama dengan Kategori Status Gizi  dengan menggunakan Indeks BB/TB maupun TB/U. Hal ini sering sekali salah diinterpretasikan. TB/U  (Baca : Tinggi Badan menurut Umur) hanya untuk melihat Tinggi atau Pendek ataupun Normal,  bukan gizi kurangnya ataupun buruknya. sedangnkan BB/TB (Baca : Berat Badan menurut Tinggi Badan)  untuk melihat  gemuk atau kurus ataupun normal.
Ingat !  cobalah lihat anak-anak di sekeliling Anda. TB (Tinggi Badan) faktanya hanya untuk melihat anak TINGGI atau anak PENDEK.  BB (Berat Badan) faktanya hanya untuk melihat Berat Badan Anak LEBIH atau KURANG.  Dan BB/TB faktanya hanya untuk melihat proporsi Berat Badan dan Tinggi Badanya  terlihat GEMUK atau KURUS. Sangatlah aneh kalau sang anak terlihat gemuk dinyatakan tinggi.
Untuk penjelasan mendetail tentang penilaian status gizi buka Halaman DOWNLOADS dengan judul Penilaian Status Gizi pada blog @arali2008 ini.
STATUS GIZI dan KARTU MENUJUH SEHAT
Dengan jelasnya keterangan tentang status gizi dan KMS diatas, penulis selanjutkan dapat menjawab permasalahan seperti yang terjadi pada bagian pertama tulisan ini. Apakah benar Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS adalah Gizi Buruk? Tentunya jawabnya adalah tidak benar, karena
1.     KMS hanya di pergunakan untuk pemantauan pertumbuhan perkembangan balita NAIK, TURUN dan BGM, yang dilakaukan tiap bulannya. Sementara Penentuan status gizi buruk atau Status Gizi merupakan assesment status gizi seseorang dengan menggunakan tabel antropometri, yang dilakukan sekali setahun.  Walaupun penggunaan indeks sama yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U) bukan berarti sama karena untuk tabel antropomteri hanya ada 4 kategori yaitu Gizi Lebih, Baik, Kurang dan Gizi buruk.
2.     Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah pada KMS.
3.     Persamaanya adalah sebagai Indikator Status Gizi dengan menggunakan pendekatan Antropomteri atau keduanya menggunakan hasil penimbangan Berat Badan dan juga umur, termasuk juga Tinggi Badan
Sebelum penulis tutup, sayangilah anak Anda karena mereka adalah penerus cita-cita keluarga, bangsa dan negara, salah satunya cara menyanginya adalah dengan selalau memantau status gizinya dan status tumbuh kembangnya.
——————————————————————————–
Catatan :
Artikel ini dibuat, ketika penulis sementara mengikuti pertemuan penerapan DefInfo- MDGs di Kota Pare-Pare Propinsi Sulawesi Selatan. tanggal 2-4 Juli2009 yang diselenggarakan Oleh Bappeda Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Kerja Sama Dengan Unicef Makassar Indonesia. Ada kebingungan Pengelola MDGs Kabupaten Polewali Mandar di dalam menggunakan Indikator Gizi yang akan digunakan dalam Aplikasi DefInfo- MDGs Kabupaten Polewali Mandar tahun 2006-2008. Tulisan ini sekirahnya dapat membantu.(arali2008)

1 komentar: